Bukit Lumpur Pekat
ktika melihatnya sudah terlena akan fatamorgananya begitu indah menawan. lembutnya bentukmu menyamankan diri ini sehingga terlelap tidur bak bagai surga. inikah tujuan dari segalanya? inikah yang Engkau janjikan dalam perjuangan panjang yang pedih?. hangat nan lembut sehingga terlena menyelami dan berenang didalammu. partikelmu yang begitu lembut seolah olah menyesuaikan dan tau bentuk diri ini. setiap peluk membuat nyaman nan ingin selalu kembali. akan tetapi jarak selalu menghalangi diri. bukut, laut dan segala bentuk dataran bumi harus dilewati kala ingin mengunujungi. waktu yang begitu sempit selalu menawarkan dan menjajikan pulang dan kunjung bukit lumpur nan pekat. walaupun begitu berharganya waktu untuk sekedar pulang dan melihat senyu orang tua. kugadaikan semuanya demi 'nyaman" yang diartikan pada saat itu. sampai di titik dimana lumpur itu menenggelamkanku ke lembah yang begitu gelap. buka soal tipu menipu, melankan pertanyaan yang tak kunujng ada jawaban yang tak dapat diterima otak ini. awal tau bukit yang begitu indah nan elok sejak remaja diri ini. dulu hanya berani dir ini melihat dan hanya menengok. hinga waktu yang menawarkan untuk kunjung dan bermain di pundak yang menjulang itu. sesaat tanpa sadar ku injak tanahnya yang berlumpur itu tak kusadari menenggelamkan diri ini. begitu terima tubuh dan jiwa ini di tengelamkan dalam perut bumu yang begitu dalam. hingga lupa akan daratan. terhanyut akan gelap dan dalamnya hingga tertutup diri ini menerjemahkan sebuah cahaya. aku tau bukan salah diri ini atau buruk dirinya, akan tetapi pertnyaan yang selalu berputar putar dikepa. mengapa ini terjadi? mengapa harus berujung seperti ini? bukannya kamu sama sama melebur menjadi sebuah zat? kenapa harus terurai dan dipisahkan seolah oleh tidak pernah temu dan bersatu? dan pada akhirnya pertanyaan tsb hanyalah sebuah pelajaran yang harus dipetik.
Komentar
Posting Komentar